Almost is never enough
Luka sebelumnya berhasil kusembuhkan.
Hampir tak berbekas walaupun masih ada.
Kemudian, semesta kembali bertindak.
Mendatangkan sosok yang tidak kutunggu sama sekali.
Mungkin, dengan adanya dia membuatku semakin yakin bahwa aku hampir pulih.
Sosok yang tidak kuletakkan ekspektasi di dalamnya.
Namun, tetap saja. Ia membuatku malah semakin bingung.
Apa yang ia perbuat, tidak dapat kutebak.
Ia seperti ingin tinggal tapi juga tidak demikian.
Antara maju atau mundur.
Antara bergerak atau diam.
Dia memang khas dengan karakter yang supel.
Tidak menyangkal, perlakuan dia bisa saja bukan untuk satu orang.
Tapi, jelaskan.
Jelaskan jika hanya untuk menyapa, jika untuk berteman maka perlakukan selayaknya teman, jika untuk bersahabat jangan libatkan pesan secara tersirat, ataupun jika tidak ingin hanya sekedar berteman maka jelaskan.
Sekarang, begitu banyak orang yang datang membawa ketidakjelasan, membuat keambiguan menjadi kebingungan.
Dan kamu... sudah menunjukkan tanda-tanda demikian.
Aku harap kamu baca barisan kalimat ini walaupun kurasa itu mustahil.
Tidak semua hati itu kuat. Ada yang sekuat tenaga menyembuhkan, yang sekuat tenaga tidak terjebak, bahkan ada yang membangun benteng untuk sendiri.
Kutekankan lagi, perjelas semuanya.
Kamu biasa saja bukan berarti aku akan seperti itu. Penafsiran tiap orang berbeda. Begitupun denganku.
Apabila kujabarkan, kamu hampir sesuai dengan apa yang kuharapkan secara eksplisit.
You did it.
But, ternyata ke semua orang kamu pun demikian.
Apakah selama ini kamu hanya gabut?
Kalau, iya, maka itu gabut yang menyulitkan hati.
Karena buatku, menjatuhkan hati itu anugerah.
Dengan kamu yang plin-plan membuatnya menjadi abu-abu.
Coz, you said "we were just friends".
But, just friends don't look at each other like that.
Kusemogakan kamu baca ini lalu sadar bahwa tulisan ini buat kamu.
Jangan salah artikan.
Ini bukan menyalahkanmu.
Sejujurnya, aku hanya ingin kamu paham bahwa tidak semua hati manusia ditakdirkan kuat.
So? Perjelas dengan baik saja, walau tidak yang kuharapkan... tidak apa-apa.
Bukan salahmu,
Bukan salahmu karena begitu baik.
Mungkin... aku yang salah... mengartikan(?)
Komentar
Posting Komentar