Dia ke mana?
Rasanya tidak asing lagi jika sebuah relasi diakhiri dengan tanda titik atau bahkan menggantung hanya dengan koma. Awalnya nggak mau bahas lagi hal semacam ini. Tapi, pertanyaan yang sama terus saja datang tanpa perlu diundang, bahkan semakin banyak.
Sampai ada satu fase saya muak dengan pertanyaan itu. Sudah lelah menampung. Sudah tidak bisa dibendung. Akhirnya saya pikir, tidak apa bila dijelaskan sedikit. At least mengatasi fase jenuh yang berat itu.
Jadi, ada satu waktu saya jalan. Sendiri saja, tidak ditemani. Ini yang saya benci jika harus berpergian sendiri, ketemu kenalan. Bukan benci sih, tapi males. Males banget. Itu kenapa saya lebih suka duduk di rumah sambil nulis.
Karena pasti ditanya macem-macem. Duh, banyak deh. Hingga tercetus satu pertanyaan ;
"Dia ke mana?"
Pertanyaan sederhana yang berbuah menyakitkan. Mereka hanya ingin tahu. Dan aku pun tahu. Kadang terdengar lucu, tapi tak jarang... menyebalkan.
Bila ada yang bertanya begitu, hanya saya balas dengan senyum sambil bilang, "Nggak tahu harus menjelaskan dengan apa".
Karena memang tidak bisa dijelaskan. Toh, dia yang pergi. Alasan seutuhnya ada pada dia, bukan saya.
Tapi, namanya juga manusia, tidak bisa puas jika hanya tahu satu. Maunya lebih.
Dari pertanyaan yang awalnya hanya satu, akhirnya bertumbuh menjadi seribu.
"Kenapa tidak bertahan?"
Sudah. Sudah saya coba. Tidak perlu kalian tanyakan bagaimana saya bertahan. Sulit. Rumit. Pokoknya tidak bisa ditahan deh, walau seribu satu cara saya lakukan. Tetap tidak bisa.
Setelah dipikir-pikir, hal terbodoh yang saya lakukan adalah bertahan. Sama seperti terjatuh dalam lumpur hisap. Sudah tahu harus coba untuk keluar, tapi masih aja mau bertahan.
Dan hal menyebalkan terakhir yaitu,
"Terus, dia gimana?"
Jujur, ini pertanyaan paling absurd yang saya terima. Begini, perihal rasa tidak ada yang pernah tahu. Kapan dia datang atau kapan dia pergi. Perasaan saya sendiri aja kadang suka lepas kontrol, tidak bisa dikendali. Terus, diperhadapkan dengan pertanyaan tentang 'dia'. Saya bukan cenayang, yang bisa menebak dan tepat sasaran. Saya hanya manusia, sama seperti kalian. Punya batas.
Jadi, kalian bisa ambil intinya, bukan?
Mungkin, memang tidak semua pertanyaan ada jawabannya. Ada kala, harus dibiarkan. Biarkan tanpa dijawab. Biarkan untuk menutup agar tidak memunculkan pertanyaan baru.
Sekarang, kalian ngerti?
Hahaha, tidak apa-apa jika tidak. Saya juga pernah. Pernah tidak mengerti untuk jawaban yang saya jawab sendiri. Jadi, itu tak apa.
Komentar
Posting Komentar