Harusnya jangan, ya? Tapi sudah tenggelam.
"Kamu suka banget ama laut, Na?"
Aku menatapnya singkat sambil menganggukkan kepala.
"Sebegitu sukanya sampe rela pagi buta buat nyari laut?"
Dengan pandangan tetap lurus kedepan, aku menjawabnya, "Kamu kenal aku udah berapa lama, Ren?"
Jayren terlihat berpikir, "Ehm... 3? Iya bener 3, kenapa memangnya?"
Aku memundurkan posisi duduk dengan kedua tangan yang menangkup dua kaki.
"Artinya, kamu tahu jelas kalo aku suka sama sesuatu, bakal aku sukai itu lebih dari menyukai diriku sendiri"
"Kamu gak takut?"
"Kenapa harus takut? Aku hanya menyukai, bukan berbuat tindakan kriminal, Ren"
Jayren memutar posisinya menghadapku yang masih fokus dengan fajar yang hampir tiba.
"Karena rasa sukamu itu bisa melukai kamu lebih dari apapun, Na"
"Bukan rasa sukaku, Ren. Ekspektasiku."
"Terus kamu gak berekspektasi?"
"Kalo aku bilang enggak, kamu percaya?"
Jayren nampak menimang-nimang ragu mengangkat alisnya.
"Bukan gak percaya, tapi emangnya bisa?"
"Enggak tahu. Aku tetap berekspektasi. Tapi kuletakkan semua di rak paling dalam"
Sebelum Ia mengeluarkan pendapat, aku kembali bersuara.
"Mungkin terdengar aneh, ya? Tapi beginilah seorang Denaya, jika kamu kurang mengenalku"
"Iya, ya, tiga tahun ternyata kurang lama kenal kamu" Kata Jayren sembari tertawa kecil
"Iya, kamu bahkan gak sadar..."
"Sadar apanya?"
Aku menghembuskan napas pelan lalu tersenyum dan menggeleng kecil.
Kamu bahkan gak sadar, aku suka kamu.
"Ah, iya, Ren?"
"Kenapa?"
"Aku masih penasaran, kenapa kamu gak punya pacar? Padahal teman perempuanmu sangat banyak"
"Mulai lagi, deh, kamu" Jayren menggeleng-gelengkan kepala dengan pertanyaan yang mungkin sudah beribu-ribu kali keluar dari mulutku.
Ya, memastikan, tidak masalah, kan?
"Siapa tahu respon kamu udah berubah"
"Masih, sama, Na"
Aku diam menatap fajar yang muncul secara perlahan dengan diiringi lantunan musik klasik.
"Gak ada yang cocok. Tapi kalo sama kamu, bisa sih" Katanya dengan disambung tawaan kecil yang kubalas dengan eye roll.
"Orang kalo lihat kamu pun bakal berpikir pacarmu ganti-ganti terus"
"Asal aja, enggak ya"
"Coba telaah sikapmu, treat girls like a queen. Semua cewek, Ren."
"Itu bukannya basic, Na?"
"Iya memang, tapi gak semua bakal nganggap kayak gitu"
"Aku biasa aja sih, kalo mereka yang kebawa arus, bukan salah aku, kan?"
Deg.
Ucapan Jayren seakan menyambar tubuh. Salah besar rasa ingin tahu ini muncul.
Setelah itu, aku diam.
Dia hanya ramah, itulah yang kutahu. Setidaknya untuk sejauh ini.
Susah, ya, hadapi sosok yang too much friendly. Sosok berbahaya tapi... aku jatuh juga :)
"Na? Aku duluan, ya? Alsa minta tolong buat anter dia ke puncak. Gak apa-apa pulang sendiri?"
Kan, sudah kutebak. Opsi dia begitu banyak, Na.
"Iya, (apa-apa) gak apa-apa"
Jayren mulai beranjak kemudian menepuk-nepuk pelan kepalaku, "Duluan ya, cantik, kamu hati-hati pulangnya"
Aku menanggukkan kepala kemudian melambaikan tangan hingga Ia tidak terlihat lagi.
Lihat dia. Tingkahnya yang seperti itu, bukan hanya dia lakukan padaku. Setidaknya itu bisa jadi pengingat walau aku sudah terlanjur tenggelam.
Fajarpun sekarang semakin terik. Bahkan semesta sudah mengisyaratkanku untuk pergi.
Komentar
Posting Komentar