Baik karena memang baik
"Kenapa saya baik tapi dianya jahat?"
Manusia tidak akan pernah bisa mengontrol manusia lain untuk bertingkah terhadap diri kita. Bahkan, jika bertaruh nyawa sekali pun, tidak akan pernah bisa.
Dugaan-dugaan sering kita dapat, bukan karena kita jahat tapi justru sebaliknya. Karena kita terlalu baik. Mereka tidak percaya akan benih baik yang sudah dijaga sepenuh jiwa supaya tidak rusak itu memang nyata diberi bukan untuk dijual.
Terlalu banyak prasangka buruk yang kita tuai dari orang lain. Ah, bukan. Tapi, terlalu banyak ketidakpercayaan manusia lain terhadap kebaikkan kita.
Banyak kalimat yang kita terima seperti,
"Gak usah sok baik,"
atau,
"Gak percayalah,".
Baik dalam kalimat halus ataupun secara nyata menusuk ke liang jantung.
Kalimat-kalimat sederhana nan mematikan, setiap hari datang tanpa henti. Bahkan disaat tidak melakukan apapun, prasangka tidak baik selalu hadir, masuk melalui cela terkecil.
Mungkin, salah satu penyebab orang baik jadi jahat, karena terlalu banyak mikir.
"Kalo dia bisa begitu, saya juga bisa"
Namanya juga manusia. Manusiawi juga jika merasa tidak mampu. Ambang batas kemampuan.
Berbuat baik seakan terlihat sebagai opsi yang buruk untuk dikonsumsi.
Ya, terkadang begitu.
Opini orang, terlalu banyak masuk dalam kehidupan kita.
Padahal, seharusnya ;
Saya, kamu, dan dia itu bisa.
Bisa jadi baik tanpa batas. Tanpa harus ada syarat apapun.
Kalau saya bilang, "Jangan dipikirin kata orang," pasti terdengar basi dan mustahil dilakukan.
Secuil apapun, yakin dan percaya akan masuk dalam telinga lalu tersimpan dalam hati. Dipendam lalu mendendam. Eh, jangan jadi dendam. Daur lagi saja, menjadi sesuatu yang sedap untuk dinikmati. Menjadi etalase luas untuk dihinggapi.
Tapi, saya sebagai manusia yang sering diabaikan kebaikkannya, ingin sampaikan sesuatu kepadamu ;
Tetaplah baik.
Bukan karena mereka baik. Tapi karena kamu memang baik
Komentar
Posting Komentar