Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Paham-memahani, beda cerita

Aku menulis ini bukan karena tak punya tempat untuk meluapkan kisah. Aku punya. Tapi perihal paham-memahami, terima-menerima ; beda cerita. Maka dari itu kupikir, wadah apa yang jika dituang tidak akan protes?. Pertanyaan dadakan yang melahirkan jawaban tepat, hingga akhirnya pilihan terjatuh pada tulisan ini. Sebuah untaian kata yang sedang kalian baca sekarang adalah pilihan paling dipilih nurani. Karena sebaik-baiknya manusia pasti terlihat buruk di mata manusia. Itulah mengapa rangkaian kata ini tercipta. Karena tidak semua cerita bisa dikonsumsi bersama. Oh, atau mungkin, nyatanya aku yang tidak bisa menerima penentangan atas suara. Bukan juga karena mau diterima, paling sedikit dihargai, sudah cukup. Dan semua itu, tidak kudapat di destinasi apapun. Pelosok dunia tidak menyediakan tempat seperti yang kumau. Itu semua kudapat dari sejaras elaborasi bervariasi. Tidak kutemukan penolakkan di sana, tidak ada sangkalan yang lahir di sana. Berjalan tanpa harus didorong atau...

Senja tidak ikut campur

Senja keluar tanpa harus dipanggil, membiarkan luka menetap menggigil. Tidak, ini bukan cerita tentang betapa moleknya senja. Sejujurnya, senja sekarang nampak meredup. Tidak berani menunjukkan dirinya lagi, hingga bersembunyi di balik derasnya hujan yang merosot ke bumi. Langit jingga keunguan itu pergi. Menampakkan kenangan yang menjarah ingatan ke batas penghabisan. Sejak itu, senja tak lagi indah. Ia sudah menerkam girang dengan kepergian. Sungguh, aku tidak terima pada cinta yang selalu patuh pada jatuh, yang tak pernah menjadi utuh. Perihal rasa, dia selalu merenggut apa-apa dalam kalbu. Ah---tidak adil, menurutku. Ia selalu melepas cekaman tanpa mau dibalut genggaman. Bersama pun rasanya tak akan pernah menjadi iya. Semesta tidak mempersilahkan temu untuk jadi milik kita bersama. Kini, semangkuk duka jadi sajian hidangan yang dipersiapkan untuk keberangkatan. Masa datang yang tak pernah disambut oleh sang senja. Secangkir air ikut serta menyiram ketegangan tanpa harus h...

Apa kabar?

Halo, Zee. Apa kabar? Kuharap baik, kuyakin semesta selalu punya cara untuk membuatmu baik. Banyak yang ingin aku tanyakan padamu, Zee. Mungkin, perihal hidupmu. Dimulai dengan, bagaimana persiapan ke Jakarta? Sebentar lagi citamu akan jadi nyata. Aku turut senang akan semua itu. Namun sekarang bukan itu yang jadi titik fokus pembicaraan. Pergimu bukan topik yang bagus, sebenarnya. Tidak akan pernah terdengar baik. Menghitung bulan, menghitung waktumu untuk beranjak pergi. Sebenarnya ingin kusampaikan langsung padamu. Tapi tidak, karena realita terlalu curam jika kuselam. Atma ini sudah penat menyimpan sendiri dalam kelam. Atma yang kupikir akan melupakanmu ternyata semakin terjatuh padamu. Sebentar lagi kamu akan segera beralih dari kota yang melukis cerita kita, Zee. Kota yang mungkin tidak akan kamu rindukan, lagi. Mungkin juga kamu akan menemukan rumah di sana. Dan itu tidak berlaku bagiku karena aku masih memiliki rumah. Rumah yang kita bangun kala itu, masih kutempati da...