Paham-memahani, beda cerita
Aku menulis ini bukan karena tak punya tempat untuk meluapkan kisah. Aku punya. Tapi perihal paham-memahami, terima-menerima ; beda cerita. Maka dari itu kupikir, wadah apa yang jika dituang tidak akan protes?. Pertanyaan dadakan yang melahirkan jawaban tepat, hingga akhirnya pilihan terjatuh pada tulisan ini. Sebuah untaian kata yang sedang kalian baca sekarang adalah pilihan paling dipilih nurani. Karena sebaik-baiknya manusia pasti terlihat buruk di mata manusia. Itulah mengapa rangkaian kata ini tercipta. Karena tidak semua cerita bisa dikonsumsi bersama. Oh, atau mungkin, nyatanya aku yang tidak bisa menerima penentangan atas suara. Bukan juga karena mau diterima, paling sedikit dihargai, sudah cukup. Dan semua itu, tidak kudapat di destinasi apapun. Pelosok dunia tidak menyediakan tempat seperti yang kumau. Itu semua kudapat dari sejaras elaborasi bervariasi. Tidak kutemukan penolakkan di sana, tidak ada sangkalan yang lahir di sana. Berjalan tanpa harus didorong atau...